24 Oktober 2016·
Tak seperti hari-hari sebelumnya, hujan tak turun kali ini. Mendung yang biasanya menggantung pun tak juga terlihat. Semburat jingga sang senja mulai memamerkan keindahannya. Mentari pulang ke peraduan bersamaan dengan langkah kaki seorang gadis di tepi jalan.
"Apa lagi yang akan kau katakan? Hari ini hujan tak datang, apakah kau akan tetap membual
bersamanya?" Ucapnya tegas tanpa ekspresi, langkahnya terhenti begitu menyadari ada seseorang yang sedari tadi mengikuti. Lelaki dibelakangnya tersenyum simpul, sadar akan bualannya tentang hujan kemarin tak membuahkan hasil apa pun pada hati seorang gadis yang dicintainya. "Rasaku takkan tenggelam bersama senja..." Jawabnya tenang. "Heh... Bagai pasir yang semakin kau genggam, semakin pula kau akan merasakan kehilangan. Sama halnya dengan rasamu itu" jawaban sang gadis takkan menyurutkan tekad sang lelaki untuk mengejar cintanya "Kau benar, namun dirimu bukanlah pasir yang dapat dengan mudah ku genggam. Kau adalah senja yang tak abadi, ketidakabadian yang membuatku mencintaimu.. Karna kau tak abadi aku akan mengabadikanmu.. Dalam hatiku.. Dalam hidupku"
bersamanya?" Ucapnya tegas tanpa ekspresi, langkahnya terhenti begitu menyadari ada seseorang yang sedari tadi mengikuti. Lelaki dibelakangnya tersenyum simpul, sadar akan bualannya tentang hujan kemarin tak membuahkan hasil apa pun pada hati seorang gadis yang dicintainya. "Rasaku takkan tenggelam bersama senja..." Jawabnya tenang. "Heh... Bagai pasir yang semakin kau genggam, semakin pula kau akan merasakan kehilangan. Sama halnya dengan rasamu itu" jawaban sang gadis takkan menyurutkan tekad sang lelaki untuk mengejar cintanya "Kau benar, namun dirimu bukanlah pasir yang dapat dengan mudah ku genggam. Kau adalah senja yang tak abadi, ketidakabadian yang membuatku mencintaimu.. Karna kau tak abadi aku akan mengabadikanmu.. Dalam hatiku.. Dalam hidupku"
EmoticonEmoticon