Secuplik Part 19

Aya Afza
4 Januari pukul 16:57 · 

"Hajime!" Teriakan Rin cukup mengusik Keiko. Dan sedetik setelah itu, ada tangan besar yang serta merta menggenggam lengan Kei, menarik Kei dan #degh Kei tercengang begitu pemilik tangan itu, Hajime, memasukkan Kei dalam dekapannya.
"Jangan pernah pergi."
Gadis itu cukup terbungkam dalam keterkejutannya, hanya sesaat dan dengan cepan Kei menghindar dari tubuh tegap Hajime.
"Aku akan tetap pergi."
Tegasnya sembari berpaling, hendak memasuki sebuah taxi yang sudah dipesannya.
"Pergi dan kembalilah dengan mayat Kenshin"
#degh

"Apa maksudmu?"
"Apa maksudku? Bahkan kau sendiri pun tak tahu jika Ken sudah merenggang nyawa di sana."
Kei kembali terbungkam seribu bahasa. Ucapan Hajime cukup menohok perasaannya. Ke dua kakinya terasa lemah, tak mampu lagi menyangga tubuhnya yang seolah diterpa badai nestapa. Harapannya musnah, cita-citanya untuk dapat kembali bersama Ken kandas begitu saja. Keiko lemah lunglai dalam seketika.
*****
Cerita patah hati memang identik dengan kesedihan, dengan luka yang menganga seperti habis tersayat-sayat, dengan air mata yang mengalir dan hati yang patah. Meski sebisa mungkin berusaha menjauh tapi apakah mungkin cinta bisa terpisah dari luka? Seperti mengharap pertemuan tanpa adanya perpisahan. Ibarat mendamba pagi tapi tak pernah mengharapkan petang. Mustahil.
Sayangnya, semua yang ada di dunia ini sudah ciptakan berpasangan. Sulit menentang, tak dapat melawan.
Semenjak kabar kematian Kenshin terdengar, Kei semakin tenggelam dalam dunia kesuraman, candaannya hilang, senyum tawanya lenyap tak tersisa, kata-katanya hanya sebuah isyarat semata. Hari-harinya terasa hambar, mungkin hanya ada hitam putih yang menjadi warnanya saat ini. Hiburan dari beberapa kawan pun hanya serupa embusan angin yang sesaat lewat tanpa makna.
"Kei ...." Sapaan Rin pun selalu mendapatkan pengacuhan yang luar biasa. Sesal, menghantui keduanya. Rin dan Hajime yang selalu berusaha memisahkan Kei dari Kenshin yang entah bagaimana kabarnya.
*****
Dear Kenshin
Hari demi hari aku belajar bahwa kehilangan tidak selayaknya diratapi dengan kesedihan dan dianggap sebagai nestapa. Hidup harus tetap berjalan bersama manis pahitnya kenangan. Bukankah begitu?
Benar adanya jika Cinta seperti candu, kata mereka. Ia akan mempertaruhkan apa saja untuk mendapatkannya. Pengalaman terluka masih membekas. Tapi bukanlah hidup memiliki suka duka yang menjadi bumbu di setiap perjalanannya. Dan itu yang akan selalu kuhadapi sebagai pertempuran dengan diriku sendiri, dengan perasaanku juga tentunya. Aku harus berdamai dengan rasa ini.
Aku sadar, seperti apa katamu bahwa kitalah yang melukai diri kita sendiri karena cinta. Tak ada salah dengan cinta, semua ada pada pilihan kita. Tetap berjalan pada jalan bebatuan berliku atau beraspal yang mulus. Dan aku, akan menunggu sampai aku berhenti melukai diriku sendiri dengan cintaku untukmu Ken ....
Tepat setahun setelah kepergianmu, terlalu lama aku terpuruk dalam pilihan cinta ini. Mungkin aku akan melupakan hujan, melupakan keindahan pelangi yang hadir setelah pengorbanan. Tapi aku akan tetap mengingatmu, mengukir namamu, semua tentangmu, dalam sejarah hidupku.
Malam ini, akan kukubur semua luka, menghapus semua nestapa, dan bangkit kembali menjadi Kei yang pertama kali kau kenal. Cinta tak semulus yang kukira. Terimakasih telah membuatku mengerti arti memiliki, dan mengenalkanku pada makhluk bernama cinta.
*email terakhir dariku ....
Saranghae Kenshin,
Meski kau tak pernah membalas pun membacanya ....
#Keiko,

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
Powered By Blogger