Secuplik Part 10

Aya Afza
18 menit ·

4 Desember 2016
#Secuplik_Part 10
Gadis itu terbaring tak sadarkan diri, selang-selang respirator mengintari tubuh ringkih berbalut perban pada kepala, leher dan tangannya. Kurva yang berusaha diseimbangkannya agar tidak melebihi batas yang seharusnya telah mencelakakannya. Perguliran siang malam tak membuatnya lekas beranjak dari ranjang. Detak jantungnya normal namun tak cukup beruntung untuk dapat membuatnya siuman. Harapan dan doa digantungkan pada Sang Pencipta. Ken, selalu setia menemani masa komanya.
Air matanya telah mengering. Amarah yang tersulut tak mampu membuatnya merubah keadaan. Toh, semua ini adalah kehendak Tuhan. Jemarinya perlahan meremas sepucuk surat yang ia temukan di tangan Kei pada waktu kecelakaan. Sepucuk surat yang membuatnya seolah terjerembab pada lembah kemalangan. Di samping bangsal Kei, ia terdiam. Meniadakan ucapan untuk selain Kei, ia hanya ingin bicara dengan Kei seorang.

Pintu ruangan perlahan terbuka. Seorang gadis berambut kecoklatan menyembul dari baliknya. Di tangannya terdapat sebucket bunga dan separsel buah. Langkahnya yang terayun ragu mendekati meja kecil di samping bangsal kemudian meletakkan apa yang ia bawa di atasnya.
"Kau sudah makan siang ?" Tanyanya penuh kehati-hatian pada Ken yang enggan menggerakkan bola matanya meski sekedar melirik pada gadis yang menyapanya.
"Ken .... Aku bawakan kau makan siang, makanlah ... Sepertinya kau sangat lapar setelah beberapa hari berjaga"
Respon yang sangat mengesankan. Bagaimana tidak, Kenshin benar-benar menutup pendengaran, mata, dan bibirnya untuk Rin. "Ken ...."
Untuk beberapa saat keheningan menguasai keadaan. Rin yang berdiri di samping bangsal, bersebrangan dengan Ken yang mengacuhkannya tertunduk lemas, merasa bersalah dengan kebodohan yang ia ciptakan. Beribu pikiran tentang kebersamaannya dengan Kei yang kemudian terhapus oleh keegoisannya menyeruak masuk membobol benteng pertahanan. Rin terisak, penyesalan yang terbungkus beribu bahkan berjuta kata maaf tak kann mungkin mengembalikan keadaan menjadi seperti semula. Nasi telah menjadi bubur, begitulah pribahasanya. Tangisnya menjadi, menyiratkan luka yang tak kunjung terobati. Sedang seseorang yang ia cintai tetap sama. Tidak memberi reaksi apapun pada aksinya.
"Ken ...." Suaranya bergetar terdengar parau untuk mengungkapkan perasaan. "Aku tahu aku salah .... Aku tahu aku..."
"DIAM !!!!"
#degh ....
Ken yang bungkam pun akhirnya membuka gembok di bibirnya. Rin yang terkejut begitu mendengar bentakan keras Ken pun menyudahi isakannya. "Ken...."
"Jangan pernah sebut namaku lagi,"
"Tapi ...."
"Apa !!! Belum puaskah dirimu setelah melakukan semua kebodohan ini ...."
Rin tersudut dalam kebodohan atas tindakannya. Ken berdiri, berjalan tenang mendekati Rin yang memejam erat ketakutan.
"Bahkan aku pun tak percaya, kau .... Rinnezawa berani mencelakakan sahanatmu sendiri, kurang baik apa Keiko padamu ? Ha!!! Kurang baik apa Keiko ??"
"Jawab pertanyaanku, KURANG BAIK APA DIA !!! Sehingga kau tega melakukan hal seperti ini padanya,"
"Setulus apa dia mencintaimu !"
Tegas Rin setelah berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk menjawab hujatan Ken.
"Apakah kau pernah mengukur ketulusan yang ada padanya ? Hah?? Apakah kau tau kadar cintanya padamu ....
Seharusnya kau buka gembok hati butamu itu,"
Ucapan Rin bertubi-tubi menghujami relung hatinya. Luka, duka, cinta, semua hal tentang rasa selalu berhasil menjeratnya dalam perangkap dilema.
"Heh...." Rin terkekeh, tatapannya menghujam pada sepasang mata biru elegant milik Kenshin.
"Ku dengar prestasimu dibidang akademi sangatlah baik, kau termasuk siswa teladan. Hingga terlihat sangat bodoh dalam urusan percintaan."
Ucapan Rin, cacian yang terasa ringan di lidah gadis itu, sangat menyayat perasaannya. Sebelum sempat menampik ucapan Rin, Rin lebih dahulu melontarkan kembali pelurunya
"Begitulah cinta, ketulusan akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang di cintainya. Siapa yang tak pernah mengira seorang sahabat rela menghianati sahabatnya hanya karna cinta."
Kobaran amarah Ken semakin menjadi, sedang Rin yang tidak menyadarinya melangkah santai hendak meninggalkan ruangan. Selangkah lagi ia akan keluar dan ucapan Ken memenangkan pembicaraan tentang cinta.
"Seberapa besar kau menilai ketulusan Kei, saat ia korbankan dirinya untuk menyelamatkanmu dari kecelakaan itu"
#Degh .....
Rin rubuh. Keangkuhannya dikalahkan oleh ucapan terakhir Kenshin. Hati kecilnya membenarkan apa yang baru saja ia dengar. Isakkannya kembali. Rin terpuruk dalam keegoisannya sendiri.
#saranghae

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
Powered By Blogger