Secuplik Part 15

Aya Afza
30 Desember 2016 pukul 2:58 ·

Keiko menghela napas. Ia duduk sendirian di salah satu cafe, menghangatkan diri dari cuaca dingin dengan secangkir americano dan sepiring cake. Dibacanya berkali-kali tulisan tangan milik Ken tempo lalu, lelaki itu tidak membuang sampahnya, ia malah meninggalkan sampah itu begitu saja diatas meja Keiko. Dari pintu masuk seorang gadis bersweater pink soft melangkah menghampiri meja Kei. Rin, ia sudah membuat janji dengan Keiko untuk bertemu sore ini.
"Sudah lama?" Sapanya sebelum menarik kursi untuk diduduki.

"Tidak,"
"Oh .... Baiklah, aku akan memesan makanan dulu"
Lama, keduanya berdiam diri menikmati suasana. Memperhatikan jalanan yang basah karena hujan yang tak kunjung berhenti.
Global warming membuat perubahan musim menjadi tak menentu, sulit diterka seperti dahulu. Seperti hati, itu bagi Kei yang tengah mencoba mengembalikan ingatannya. Berulang kali ia mencoba menerka perasaannya. Entahlah, hatinya terasa sakit begitu punggung tegap milik Kenshin lenyap dipersimpangan jalan.
"Kei,"
"Oh...iya,"
"Kau melamun ?"
"Tidak, aku tidak melamun,"
"Lalu?, apa kau baik-baik saja. Ceritakan saja padaku, mungkin aku dapat membantumu," tawaran Rin bukan lantas membuatnya bahagia, tenang seperti biasanya. Hatinya melakukan perlawanan sengit pada tawaran Rin yang ingin membantu, nalurinya berkata bahwa ada sesuatu yang disembunyikan sahabatnya itu dari dirinya. Iya, seperti sekeping puzzel yang terpisah dari kepingan yang lainnya.
"Kei.... Kau melamun"
Kei tersenyum hambar, terlalu hambar untuk menggambarkan apa yang ia rasakan saat ini pada Rin. Ia ingin tahu kebenaran yang terjadi, ia ingin tahu siapa Ken dan hubungan apa yang sebenarnya terjalin diantara mereka.
Tak mungkin jika Ken hanyalah orang gila yang mengaku-ngaku bahwa Kei adalah kekasihnya, selama ini Rin selalu menanamkan pikiran itu dibenaknya. Tak mungkin pula Ken hanyalah seorang mahasiswa bodoh yang kerjanya hanya mampu membual melalui kata-kata manisnya, sedang kenyataan yang ia lihat, Ken adalah seorang mahasiswa berprestasi yang selalu mendapat nilai A+ disetiap presentasinya, Ken pendiam, ia bersikap dingin kepada setiap wanita kecuali ....
Dadanya sesak mengingat paradoks-paradoks yang bertentangan di pikirannya. Kei malu mengakui bahwa selama ini hanya dirinyalah yang menjadi pusat perhatian Kenshin. Hanya ia bukan yang lainnya. Lalu, bagaimana dengan ucapan-ucapan Rin yang seolah selalu menyudutkan Ken, membuat Ken terpuruk dalam pandangannya. Hari ini, ia harus bisa membeberkan semuanya.
"Kei ...."
"Iyaa,"
"Apa yang ingin kau bicaraka padaku ?" Rin memasukkan sepotong daging steak ke mulutnya. Sedang Kei perlahan menyesap amerikanonya yang nyaris dingin.
"Aku hanya ingin..."
"Tunggu sebentar!" Rin menarik secarik kertas kumal dari samping gelas Kei sekilas ia membacanya dan ekspresi wajahnya berubah begitu membaca sebuah nama dibawah tulisan "Ken...."
"Jadi untuk apa kau menyimpan tulisan orang bodoh seperti dia?"
"Ken bukanlah orang bodoh,"
"Kau lebih memilih dia dari pada sahabatmu sendiri ? Berarti kau sama bodohnya dengan orang ini!"
#degh....
Kei kehilangan kendali, emosinya membuncah begitu Rin mulai mengeluarkan cacian mautnya yang bertubi-tubi. Dalam sekejap kesadarannya kembali, ingatan itu telah memenuhi pikirannya. Semua luka, tangis, canda, tawa, bahagia yang ia miliki kembali. Ia kembali mengingat sebuah perjuangan tentang Ken yang mempertahankan dirinya, dan ia yang selalu mementingkan keegoisan Rin yang menjadikannya terpuruk dalam pilihannya sendiri. Kei mengingat semua, memorinya kembali. Bersamaan dengan kegelapan yang meraup segala cahaya yang ada, dalam sekejap tubuhnya rubuh tak sadarkan diri.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
Powered By Blogger